Pengalaman Gunung Gede Pangrango


Saat usia saya 15 tahu, sekitar saya masih SMA keinginan saya untuk mendaki bersama teman saya , dia adalah Ahmad Bastian dengan Panggilan (Belo) dan 1 temannya bang Ajay, kami berdiskusi untuk melakukan pendakian bertiga dengan keuangan waktu itu sekitar 200.000 perorang , menu yang disediakan begitu banyak dan wah lah untuk tahun segitu,
Kami berdiskusi mempersiapakn apa saja yang harus dibawa dan dipersiapkan untuk pendakian setelah berdiskusi akhirnya kami prepare semua peralatan.dan kami tidak mendapat tenda, namun bang ajay bilang : kita numpang aja disana banyak yang mendaki, dalam hati kecil saya Bingung ? numpang ? Apa iya ada yang mau numpangin, akhirnya yasudalah saya ikutin.
Keesokan harinya kami berangkat bertiga dari stasiun Pasarminggu menuju Stasiun Bogor lalu melanjutkan untuk kearah Cibodas, setelah lama perjalanan akhirnya kami tiba dipintu masuk pendakian, kami berkemas dan menyerahkan peralatan kebagian pemeriksaaan setelah itu kami bernagkat menuju Puncak Gede, Selangkah demi selangkah kami mendaki, saat itu saya yang awam dengan alam namun bernyali besar untuk menapakinya jalur kami lewat cibodas setelah lama berjalan kami tiba di jalansetapak hanya memegang seutas tali dan disamping kanan jurang, ini memacu saya untuk semangat dan menghadapi rintangan tersebut akhirnya berhasil lewat dan langsung melanjutkan pendakian , setelah lama berjalan akhirnya tiba ditempat yang banyak orang sebut sebagai kandang badak, saya kira dulu itu kandang badak banyak badaknya. Hehehehehe

Ternyata kandang badak hanya sebutan saja ini sebagai Pos istirahat sebelum mencapai puncak.
Setelah sampai disana kami beristirahat dengan rasa lelah yang tak tertahankan, menjelang sore akhirnya ketemu dengan pendaki yang camp disitu nah ternyata yang camp hanya 1 tenda. 

Dan kami bingung mau tidur dimana, sambil berfikir bersama , akhirnya menemukan cara untuk dapat beristirahat untuk melanjutkan esok hari, Magrib pun tiba akhirnya kami bersiap siap untuk membuat tempat istirahat yang terdapat bangunan kecil untuk istirahat, Saya mengarah Kiblat Untuk Melakukan Adzan dan sebelum melakukan saya melihat tulisan disebuah pohon “ SEMUA AKAN KEMBALI KEPADANYA”  Hati saya semakin berdenyut kencang dan berdoa. Akhirnya saya Adzan disebuah Gunung Yang pertama kali saya daki dengan rasa takut dan rasa bangga melakukan Adzan disebuah gunung. Akhirnya kami sholat bareng , 

Malam pun datang Kami hanya tidur beralaskan pelastik (Tresbag) dan seng untuk menjaga pintu dari binatang buas ata liar,  kami memasak untuk makan dan menghangatkan badan dengan dingin yang begitu dingin menurut saya, setelah itu sekitar pukul 23.00 kami tidur bersama hanta dengan alas dan rasa takut dengan binantang buas ,Jeder, jeder Suara seng ditabrak dan suara binatang berantem kami bertiga berdoa dan betawakal kami bingung harus bagaimana saya betiga menahan rasa dingin dan lapar yang tidak terasa karna dikalahkan dengan rasa takut binatang tersebut , kami berdoa demi keselamatan teman saya berbisik : 

Bastian : Bit ada yang jalan dikaki gua.
Saya : yang bener bas yauda diem jangan bergerak
Bang ajay : santai bro jangan bergerak
Bastian : Bit diatas pala gua kaya ada yang injek
Saya : bener bas matanya nyala , Kaya kucing hutan?
Bastian : merinding dengan rasa takut
Bang ajay : mari berdoa bersama semoga tidak terjadi apa apa

Kami hanya menahan rasa takut tanpa berani berbuat apa-apa yang kami takutkan jika bergerak ternyata babi bertaring atau harimau, setelah sekitar 2 jam berlalu akhirnya binantang itu pun pergi meningggalkan kami, kami langsung bangun dan membuat perapian agar mereka tidak berani lagi mendekat. Kami akhirnya tidak tidur sampai pagi, setelah pagi apa yang terjadi ? Ternyata semua makanan kami habis diambil binatang tersebut , tas kami penuh dengan cakaran binantang,yang entah kami tidak tahu itu binatang apa , dalam kegelapan dan penuh rasa ketakutan kami hanya bisa menahan itu semua, Mungkin Allah masih berkehendak lain,

Kami berkemas untuk melajutkan perjalanan setelah berjalan kami ketemu yang disebut  “ Tanjakan Setan” Memang pantas disebut sebagai tanjakan setan karna begitu curam dan hanya mengunakan 1 utas tali untuk mendaki, ada jalan jika tidak melewati tanjakan setan tetapi begitu menguras waktu, akhirnya kami berhasil dan langsung melanjutkan mendaki sebelum sampai puncak hp saya berbunyi : ternyata sms dari orang tua saya menanyakan keberadaan saya , akhirnya saya telepon namun karna sinyal suara tidak begitu jelas. 

Kami melajutkan perjalanan akhirnya yang kami tuju berhasil kami capai, namu setiba disana Kamera kami rusak tidak bisa digunakan , Begitu Hilang rasa semangat , tetapi  bukan itu yang kami harapkan bukan untuk selfi digunung atau foto digunung, memang kita butuh fakta untuk sebuah momen, namun buat saya bukan fakta dan momen yang mejadikan kita itu lebih dipandang seseorang. Tetapi bagaimana wawasan kita dalam menghasdapi setiap cobaan dan rintangan disetiap yang dilalui. Dan karna kamera rusak dan kami pun berjanji untuk mendaki lagi .

Demikian Perjalanan Mendaki saya

Salam Pendaki “ Tetap Jaga Keselamatan dan Jangan pernah Menyombongkan diri dengan Alam “

Lebih baru Lebih lama